Category: Warta
Tryout USBN PAH SD-SMP-SMA/SMK
Om swastyastu
Bapak/Ibu Guru PAH SD, SMP, SMA/SMK dan para peserta didik dimanapun berada, bersama ini kami sajikan Tryout USBN Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti (PAHBP) untuk SMP yang telah dibuat oleh Tim MGMP PAH SMP Jatim.
Berikut ini cara untuk mengikuti Tryout USBN PAH .
1. Pastikan bahwa HP/Komputer anda terhubung internet
2. Buka browser (chrome, firefox, opera, dll)
3. Ketik pada address bar: https://app.schoology.com/register lalu akan muncil seperti di bawah ini:

4. Pilih Student lalu akan muncul seperti di bawah ini:

5. Masukkan Acces Code: RP6F-K4VH-FT9CZ, lalu klik Continue, setelah itu akan muncul seperti di bawah ini:

6. Isilah data anda, nama, email, tanggal lahir dan buatlah password yang digunakan untuk masuk ke akun anda. Klik pada kotak ” By clicking Register, you are agreeing to our Privacy Policy and Terms of Use” selanjutnya klik Register.

7. Setelah Klik Register, maka pada menu COURSES, anda klik Tryout USBN PAH 2019-2020. Selanjutnya silahkan pilih sesuai jenjang (SD, SMP, SMA/SMK). Setelah itu anda bisa mengerjakan soal-soal yang ada di dalamnya.
8. Jika anda sudah membuat password maka selanjutnya untuk masuk ke Sistem anda tidak perlu lagi memasukkan Acces Code, tetapi cukup masuk dengan Akun yang anda buat. SELAMAT MENCOBA
Workshop Penyusunan Soal USBN
Senin sampai Rabu (9-11) bertempat di Java Paragon, Surabaya Pembimas Hindu Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur mengadakan Workshop Penyusunan Soal USBN PAH tingkat SMP, SMA/SMK, dan Uttama Widya Pasraman untuk Wilayah Provinsi Jawa Timur. Pada perhelatan ini Ketua MGMP PAH SMP Provinsi Jawa Timur, Miswanto didapuk sebagai Narasumber sekaligus Koordinator Tim Penyusun Soal.
Dalam kesempatan ini, Miswanto menerima secara resmi kisi-kisi soal USBN dari Perwakilan Pembimas Hindu Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur, Kudari. Setelah itu peserta diberikan pembekalan terkait Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) oleh Miswanto.
Selanjutnya peserta bekerja untuk menyusun Soal USBN PAH dan Pendidikan keagamaan Hindu yang akan digunakan untuk USBN pada 2020 nanti.


Materi Teknik Menyusun Soal HOTS bisa download DISNI



REGISTRASI WORKSHOP PENINGKATAN KOMPETENSI GURU AGAMA HINDU DI ABAD 21
Galungan, Kemenangan Untuk Semua
Hari suci Galungan bagi umat Hindu adalah hari kemenangan. Di India juga dikenal hari suci serupa yang disebut Sraddha Wijaya Dasami, yakni hari kemenangan yang dirayakan selama 10 hari. Sraddha Wijaya Dasami umumnya dirayakan di seantero India, dikaitkan dengan kemenangan Sri Rama melawan Rawana. Pada hari suci itu banyak umat yang melakukan Durga Puja (pemujaan kepada Dewi Durga). Di Bali sendiri hari suci Galungan ini dikaitkan dengan mitos kemenangan Dewa Indra melawan raksasa yang bernama Mayadanawa.
Raksasa atau kaum asura dalam mitos tersebut menggambarkan sifat asurisampad dalam diri manusia. Asurisampad adalah kecenderungan sifat-sifat jahat yang terdapat pada diri manusia. Sementara itu perwujudan Dewa dalam mitos tersebut melambangkan daiwisampad, yakni kecenderungan sifat-sifat yang baik dalam diri manusia. Dengan daiwisampad manusia akan memiliki kecenderungan berbuat menurut kebenaran (dharma). Sementara asurisampad akan membuat manusia cenderung menentang kebenaran atau berperilaku adharma.
Galungan dalam sistem pawukon jatuh pada Buddha Kasih wuku Dungulan. Kata ‘dungulan’ berasal dari kata Jawa Kuna ‘dungul’ yang berarti ‘menaklukkan, memenangkan’. Kemenangan pada zaman dahulu biasanya didapatkan dari peperangan. Oleh karenanya Galungan juga dimaknai sebagai peperangan, terutama perang antara dharma melawan adharma.
Seseorang yang senantiasa berjalan di jalan dharma dan berpegang kepada ajaran dharma, maka dia akan mendapat perlindungan dari dharma itu sendiri sebagaimana tersurat dalam Manawa Dharma Sastra VIII.15 yang menyatakan:
धर्म एव हन्तो हन्ति धर्मो रक्षति रक्षितः । तस्माद्धर्मो न हन्तव्यो मा नो धर्मो हन्तो ऽवधीत्
(Dharma yang dilanggar akan menghancurkan pelanggarnya. Dharma yang dipelihara akan melindungi pemeliharanya. Oleh karenanya dharma jangan sampai dilanggar, melanggar dharma akan menghancurkan kita sendiri)
Sebagaimana makna dari sloka tersebut, maka sesungguhnya esensi dari kemenangan dharma itu ada pada pelaksanaan dharma itu sendiri. Jika seluruh umat Hindu sudah melaksanakan swadharmanya dengan baik, maka itulah kemenangan dharma yang sebenarnya. Kemenangan dharma berarti pula kemenangan umat Hindu. Untuk mewujudkan kemenangan semacam ini maka, yang harus kita perangi adharma yang menyusup dalam benteng pertahanan dharma kita.
Perang antara dharma melawan adharma hakikatnya merupakan pergulatan yang dianalogikan dengan perang Bhàratayuddha di mana tubuh manusia sebagai ladang kuru ksetra. Peperangan selalu berlangsung setiap saat. Dharma dan daiwisampad yang ada dalam dirinya akan terus berperang melawan adharma dan asurisampad yang menyatu dalam dirinya. Sebelum kita bisa memenangkan peperangan-peperangan di luar diri kita, maka kita harus bisa memenangkan peperangan dalam diri sendiri. Jika kita mampu mengalahkan asurisampad yang ada dalam diri kita, maka kita akan menjadi pemenang yang sesungguhnya.
Seperti dijelaskan dalam Kakawin Ramayana I.4: “ragadi musuh maparo, rihatya tonggwanya tan madoh ring awak (nafsumu adalah musuh yang terdekat dengan dirimu, dihatilah tempatnya tak jauh dari badan)”. Menurut kutipan ini, musuh abadi manusia bukanlah setan atau iblis, tetapi nafsu yang bercokol di dalam dirinya sendiri. Hanya saja manusia sering kali melemparkan kesalahan dan kekhilafan itu pada setan atau iblis untuk melakukan pembenaran. Hati dan pikiran manusia adalah sarang setan yang sesungguhnya, demikian kata Bang Iwan Fals pada saat konser kemenangan di monas beberapa waktu lalu.
Senada dengan hal tersebut, Sarasamuscaya 80 menyebutkan:
मनो हि मूलं सर्वेसामिन्द्रयानम्प्रवर्तते । शुभाशुभस्ववस्थासु कार्यं तत्सुव्यवस्थितम् ॥
Pikirkanlah asal mula indriya dapat beraktifitas. Pikirkanlah yang menetapkan untuk berbuat dalam segala hal, apakah berbuat baik atau buruk.
Otak dan pikiran manusia bisa menjadi kawan juga bisa menjadi lawan. Jika otak manusia dijejali dengan pemikiran yang benar maka, otak itu akan bisa mengarahkan manusia ke jalan yang benar. Sebaliknya jika otak manusia sudah diracuni dengan pemikiran yang sesat, maka otak itu akan menjerumuskan manusianya ke jurang kesengsaraan.
Kerusuhan, teror dan perang yang mengatasnamakan agama akhir-akhir ini adalah akibat adanya pencucian otak (brain washing) oleh orang-orang yang berpikiran sesat. Melalui brain washing ini mereka melakukan doktrinasi ideologi untuk memonopoli Tuhan dan Surga-Nya. Ideologi sesat ini mengajarkan kepada pengikutnya bahwa mereka bisa masuk surga dengan jalan mati atau membunuh orang-orang yang dianggap musuhnya. Kapolri, Tito Karnavian di beberapa media sempat mengatakan bahwa jalan membunuh dan bunuh diri yang mereka lakukan itu dianggap sebagai amaliyah dan dengan begitu mereka bisa mendapat surganya.
Doktrinasi perihal monopoli surgawi ini nyata-nyata telah membutakan mata hati para pelaku teror sehingga mereka rela mengorbankan dirinya sendiri, keluarga, dan orang-orang yang dianggapnya sebagai musuhnya. Jika mereka sudah bisa mati dengan cara tersebut, menurut doktrinnya mereka dianggap telah “menang” dan akan sampai ke surga. Semua sepakat bahwa ideologi semacam ini adalah sesat. Dan itu pun bukanlah ajaran salah satu agama. Ini justru produk dari adanya kesalahpahaman mereka terhadap ajaran agama yang dianutnya.
Dalam Hindu, kemenangan dengan menghancurkan sendi-sendi perdamaian sebagaimana yang dilakukan oleh para teroris tersebut tentu bukanlah kemenangan dharma sebagaimana diamanatkan dalam perayaan hari suci Galungan. Karena kemenangan dharma yang sesungguhnya adalah manakala bisa membuat semua menjadi damai (sarwesam santir bhawantu).
Galungan harus bisa mengentaskan semua dari kesusahan (galung ing ageleng). Galungan juga harus bisa menjadi jalan yang terang untuk menyatukan semua (galang ing agolong). Untuk itu dalam memaknai Galungan itu sendiri umat Hindu harus mengedepankan pengendalian diri atas pikiran, perkataan, dan perbuatan (gelung agulung gelang). Selain itu peperangan yang dimaksudkan dalam perayaan Galungan bukanlah dengan musuh sesama manusia seperti pemikiran para teroris di atas, melainkan dengan diri sendiri.
Oleh karenannya dalam rangkaian Galungan ini, musuh itu dilambangkan dengan turunnya sang kala tiga, tepatnya 3 hari sebelum Galungan. Sang kala tiga ini merupakan simbol nafsu dalam diri yang menjadikan sesamanya sebagai musuh (kala galungan), ingin menang atau merasa benar sendiri (kala dungulan), dan hasrat ingin menguasi yang lain (kala amangkurat). Dan sangkala tiga ini harus ditampah (dimatikan) pada saat penampahan (sehari sebelum Galungan), baru setelah itu kita bisa merayakan kemenangan dharma keesokan harinya.
Di sini, sangat penting untuk menjauhkan diri kita dari sifat-sifat jahat tersebut. Untuk itu yang perlu kita kedepankan adalah sifat-sifat sabar (dama), maaf (ksama), dan cinta kasih (karuna) yang dilandasi oleh semangat tat twam asi dan wasudhaiwa kutumbakam. Kemenangan dharma tidak akan berarti apa-apa, jika kita masih menebar kebencian kepada orang lain dengan menganggap orang yang tidak sama atau beda agama sebagai musuh kita.
Perbedaan dalam kehidupan beragama merupakan suatu hal yang biasa. Tetapi jika perbedaan itu pertentangkan satu dengan yang lain, maka ini akan menjadi awal dari suatu bencana. Seperti sebuah ungkapan Sanskerta yang menyebutkan “भेदः समिकर्तं नेषति । समः भेदकरं नेषति ॥ (yang beda tidak perlu disama-samakan dan yang sudah sama tidak perlu dibeda-bedakan)”. Setiap agama tentu memiliki sisi-sisi yang berbeda terutama dalam hal peribadatan. Namun nilai-nilai moral dan humanisme yang bersifat universal tentu ada dalam setiap agama. Persamaan inilah yang mestinya dikedepankan dalam hubungan antar umat beragama.
Spirit ini sebenarnya sudah diajarkan dalam Weda. Hyang Widdhi bersabda dalam Yajur Weda XL.6: यस्तु सर्वाणि भूतन्यात्मन्नेव अनुपश्यति । सर्वभूतेषु चात्मनां ततो न वि चिकित्सति ॥ (seseorang yang melihat-Ku berada pada setiap mahluk dan kemudian melihat semua mahluk ada pada-Ku, ia tidak akan membenci yang lain). Mantra dalam Weda ini menginspirasi kita untuk sama-sama berbagi Tuhan dalam kehidupan kita. Dan kita tidak boleh memonopoli Tuhan sebagai milik kita saja. Jika spirit ini dibangun dalam kehidupan bersama, maka kedamaian akan ada di dunia. Dan kemenangan dharma sebagaimana yang kita maknai dalam perayaan hari suci Galungan akan menjadi kemenangan untuk semua.
Oleh: Miswanto
Ketua MGMP PAH SMP Provinsi Jawa Timur dan Wakil Sekjen PP Perkumpulan Acarya Hindu Nusantara.
(Tulisan ini pernah dimuat di Majalah BIMAS HINDU)
Kelas Maya
Om swastyastu,
Bapak/ibu guru dan adik-adik pelajar, pernah dengar kelas maya? Saat ini Kemdikbud menyedian ruang belajar secara online melalui websitenya di; belajar.kemdikbud.go.id. Kerena khan. Melalui kelas maya ini bapak/ibu guru dan adik-adik pelajar bisa melaksanakan pembelajaran secara online.
Saat ini MGMP PAH SMP Provinsi Jawa Timur bersama guru-guru Agama Hindu di Jatim sudah membuat kelas maya di Rumah Belajar Kemdikbud. Adik-adik pelajar Hindu bisa belajar agama secara online. Bagaimana caranya? Silahkan ikuti tutorial berikut ini!
Selamat menikmati semoga bermanfaat. Om santih, santih, santih Om.
Selamat Nyepi 1941
ॐ स्वस्त्यस्तु ।
Atas nama Musyawarah Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu tingkat Sekolah Menengah Pertama (MGMP PAH SMP) Provinsi Jawa Timur, kami mengucapkan:
“SELAMAT HARI SUCI NYEPI TAHUN BARU SAKA 1941, 7 MARET 2019 SEMOGA DI TAHUN BARU 1941 INI KITA SEMUA MENDAPATKAN WARA NUGRAHA DAN KESUKSESAN DALAM KARIR KITA”
NUNGGAL WENING TRUSING ATI
(Menyatunya Keheningan Hingga Merasuk Jiwa, Nunggal=1; Wening=4; Trusing=9; Ati=1; 1941 Saka)
ॐ शान्तिः । शान्तिः । शान्तिः ॥
Serba-serbi Ujian Praktik Agama Hindu di Jawa Timur
Sebelum melaksanakan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) Tulis, sebagaimana telah ditetapkan dalam POS USBN Tahun 2019, maka sekolah wajib melaksanakan Ujian Praktik. Pelaksanaan Ujian Praktik ini tentu mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di masing-masing sekolah.
Beberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Jawa Timur saat ini sudah melaksanakan beberapa Ujian Praktik. Sebagai contoh di SMP Tri Murti 2 Wagir, Kabupaten Malang melaksanakan Ujian Praktik Agama dan Upakara.

Ujian Praktik Agama dan Upakara di SMP Tri Murti 02 Wagir ini dipandu langsung oleh Istianah, S.Ag., selaku Guru Mata Pelajaran Upakara di sana. Menurutnya Ujian Praktik ini bertujuan untuk mengukur seberapa besar daya serap anak dalam menguasi keterampilan keagamaan Hindu. Selain Praktik Membuat Upakara, anak-anak juga melaksanakan Ujian Praktik Sembahyang.
Senada dengan SMP Tri Murti 02 Wagir, SMPN 1 Sumber, Kabupaten Probolinggo juga melaksanakan Ujian Praktik untuk peserta didik kelas IX. Pada tahun ini, anak-anak dari Negeri Di Atas Awan ini diberikan Ujian Praktik Upakara, Sembahyang, dan Membaca Weda. Menurut Sujarwo, S.Pd.H., dengan praktik ini, siswa diharapkan lebih terampil dalam melaksanakan ajaran-ajaran agama Hindu. “Jadi mereka tidak hanya pandai berteori, tetapi juga praktek, tuturnya.

Pembimas Hindu Tutup Workshop
Dalam Workshop Pembuatan Media Pembelajaran Agama Hindu Berbasis IT yang diselenggarakan oleh MGMP PAH SMP Provinsi Jawa Timur di Pasraman Dharma Bhakti Kota Prooblinggo, Budiono, S.Ag., Pembimas Hindu Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur juga berkenan hadir untuk memberikan materi “Peran Bimas Hindu dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Hindu”.
Dalam kesempatan itu, Pembimas memberikan motivasi kepada peserta untuk meningkatkan kulaitasnya. Para peserta cukup antusias mendengarkan materi yang dipaparkan oleh Mantan Pembimas Hindu Jambi ini.
Usai materi dari Pembimas, para peserta pun mempersiapkan diri untuk Upacara Penutupan. I Wayan Riasa Yana, Ketua PHDI Kota Probolinggo turut hadir dalam acara penutupan tersebut.
Acara penutupan diawali dengan laporan ketua panitia, sambutan Ketua PHDI Kota Probolinggo, dan Sambutan Pembimas Hindu sekaligus menutup acara secara resmi serta melepaskan tanda peserta.
Kejutan Ultah Saat Workshop
Malam itu (15/9/2018) peserta Workshop Pembuatan Media Pembelajaran Berbasis IT masih asik mengerjakan tugasnya. Kemudian sesuai dengan rencana, target yang ditetapkan diminta untuk maju ke depan dan presentasi tugasnya. Yah itulah dia, salah satu peserta dari Blitar, Dwi Wasiatona, S.Ag. yang lahir pada 15 September, 44 tahun silam.
Peserta yang satu ini tidak tahu jika dia sedang menjadi target dan sasaran ide jahil para panitia Workshop. Sesuai skenario, peserta yang satu ini pun maju dan melakukan presentasi.
Usai presentasi dia mendapatkan banyak pertanyaan dari peserta. Termasuk mentornya waktu Bimtek K13, Drs. Supriyadi, M.Pd.H. Lalu terjadilah silang pendapat antara “si korban” dengan para peserta. Pada saat itu panitia meminta supaya “korban” memperbaiki tugasnya.
Tanpa pikir panjang, maka Dwi Wasiatona pun melaksanakan kehendak panitia dan teman-temannya. Pada saat dia akan mengetik tiba-tiba, pet, lampu pun padam. Salah satu panitia, Aris Teguh Wiyono, M.Pd.H., keluar dengan membawa kue tart dengan lilin menyala yang berangka 44.
Selanjutnya terdengar gemuruh suara peserta yang menyanyikan “Selamat Ulang Tahun, Panjang Umurnya, Happy Birthday, dan Potong Kuenya (pokoknya komplit deh satu album, emang konser???)”. Acara pun dilanjutkan dengan berdoa “Om Dirghayurastu Tat Astu Swaha”. Siapa ya korban berikutnya, tunggu kejutan dari MGMP PAH SMP Jatim (admin)